Selasa, 02 Juni 2020

METAFISIKA

Zawawi Imron, ulama dan juga penulis sajak Islam asal Madura, menilai tidaklah lengkap bila membahas KH Bahaudin Mudhary tanpa menyinggung tentang penemuan-penemuan dalam bidang Metafisika. Menurutnya Kiai Baha menjalani kehidupan di zaman modern dan mampu menempatkan dirinya dalam berbagai kegiatan termasuk pendidikan dan organisasi yang dimasuki beliau. Dalam kehidupan medernitas tersebut tentu ada kecenderungan cara berpikit rasional namun beliau mampu beradaptasi dengan hal tersebut. Tetatpi pada sisi yang lain, Kiai Baha tidak menganggap rasio itu menjadi segala-galanya.

Dari kehidupan yang menjaga keseimbangan antara rasio dan rasa atau intuisi, kemudian Kiai Baha dapat mengajarkan Islam yang bisa diterima dengan totalitas akal dan perasaan santri-santrinya. Islam yang dihidupkan oleh Kiai Baha tidak terjebak oleh pemahaman formalistic yang hanya memetingkan kulit dan lahir saja.

Zawawi Imron menambahkan, Kiai Baha menekankanpentingnya manusia untuk berpikir, karena kelebihan manusia dan makhluk yang lain ialah kemampuannya untuk berpikir (akal), mengkaji dan menalar segala sesuatu yang ada didunia ini, termasuk berpikir tentang dirinya sendiri. Namun untuk menjadi bagian dari etos pikir (selalu berpikir), Kiai mengingatkan untuk berpikir itu harus disertai kehati-hatian. Sebab bila tidak hato-hati, pikiran hanya menuju pada kesesatan.

Menurut Kiai Baha, manusia jika hanya berpikir dengan didasarkan kepada kecakapan lahiriah saja tanpa dukungan “otak” batin dengan transendensinya hasilnya mungkin bisa “salah”. Akal yang tanpa transendensi, akan mengingkari hal-hal yang tak dapat ditimbang, dan tidak dapat diukur oleh panca indra, meskipun pada sisi yang sama ada bukti-bukti “nyata” yang tidak dapat diukur oleh panca indra lahir. Kiai Baha membuktikan kalau ada faktor yang lebih tinggi dari akal pikiran, yaitu Iman.

Dari sejumlah peristiwa serta kenyataan sehari-hari, Kiai Baha menekankan pendalaman spiritualitas, yaitu substansi intrinsic yang berupa Iman kepada Allah SWT, selain diyakini dan dipegang teguh di dalam hati, juga harus dibuktikan dengan amal saleh, baik yang berupa amal ritual maupun amalan sosisal. Sehingga Islam pada diri seseorang hamba mampu dijalankan secara totalitas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar