SUMENEP – Kabupaten Sumenep tidak hanya terkenal
dengan keindahan alam dan budaya. Potensi hasil laut di kabupaten ujung timur
Madura itu juga sangat besar. Bahkan, kini mulai dilirik pengusaha Tiongkok.
Camat Sapeken Moh. Zaini mengatakan, mayoritas mata
pencaharian warganya di laut. Hasil laut di Sapeken sangat bagus. Selama ini,
hasil tangkapan nelayan dijual ke luar negeri, di antaranya ke Hongkong dan
Tiongkok. ”Potensi ikan di sini luar biasa,” katanya Rabu (12/12).
Jarak Pulau/Kecamatan Sapeken sangat jauh dari
daratan. Jika menggunakan KMP Dharma Bahari Sumekar III ditempuh sekitar 13
jam. Sementara pusat ikan berada di Desa Sapeken, Paliat, Pagerungan Kecil, dan
Desa Sasiil.
Besarnya potensi ikan di Sapeken juga menarik
pemodal untuk membuka usaha di sana. ”Ada warga Cina yang sudah ada di Pulau
Sapeken. Tujuannya, bekerja sama dengan pengusaha ikan di Sapeken ini,” jelas
Moh. Zaini.
Menurut dia, hasil tangkapan nelayan yang menjadi
primadona adalah kerang-kerangan, kepiting, ikan kerapu, dan lainnya. Harganya
juga sangat mahal, yakni hingga ratusan ribu per kilogram. ”Saya berharap
pemasaran ikan ini terus dimaksimalkan,” tutur Moh. Zaini.
Namun, saat ditanya upaya pemerintah memaksimalkan
potensi tersebut, Zaini tidak bersedia memberikan keterangan. Dia mengaku masih
ada kerjaan. ”Saya masih rapat di Surabaya,” jawabnya kepada Jawa Pos Radar
Madura.
Hasil tangkapan nelayan tidak hanya dipasarkan ke
luar negeri. Syamsul Ma’arif, warga Dusun Cemara, Desa Sepanjang, Kecamatan
Sapeken, mengaku tangkapan ikannya dikirim ke Bali. ”Biasanya rata-rata ikan
kerapu. Itu dikirim ke Sapeken dulu, lalu ke Bali,” jelasnya.
Kepala Seksi (Kasi) Sarana dan Prasarana Tangkap
Ikan Dinas Perikanan Sumenep Agus Indro Wiyono membenarkan potensi perikanan di
Pulau Sapeken sangat potensial. Ada beberapa jenis ikan yang menjadi favorit.
Di antaranya, ikan layang, kerapu, cakalan, tongkol, tengiri, ketambak, dan
cumi-cumi.
”Kerapu itu ada macamnya. Ada kerapu sunu dan pepek
yang harganya mencapai Rp 450 ribu per kilogram,” kata Indro kemarin. Bahkan,
pada Hari Imlek atau tahun baru, harganya bisa naik lebih satu juta.
Indro mengaku sudah melakukan pembinaan kepada
nelayan di kepulauan. Para nelayan diminta tidak menggunakan alat tangkap yang
dilarang. ”Pembinaan sudah kami lakukan. Alat tangkap yang digunakan harus
ramah lingkungan,” katanya. (c2)
(mr/han/bas/JPR)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar