Selasa, 16 Juni 2020

POTENSI HASIL LAUT DILIRIK PENGUSAHA TIONGKOK



SUMENEP – Kabupaten Sumenep tidak hanya terkenal dengan keindahan alam dan budaya. Potensi hasil laut di kabupaten ujung timur Madura itu juga sangat besar. Bahkan, kini mulai dilirik pengusaha Tiongkok.

Camat Sapeken Moh. Zaini mengatakan, mayoritas mata pencaharian warganya di laut. Hasil laut di Sapeken sangat bagus. Selama ini, hasil tangkapan nelayan dijual ke luar negeri, di antaranya ke Hongkong dan Tiongkok. ”Potensi ikan di sini luar biasa,” katanya Rabu (12/12).

Jarak Pulau/Kecamatan Sapeken sangat jauh dari daratan. Jika menggunakan KMP Dharma Bahari Sumekar III ditempuh sekitar 13 jam. Sementara pusat ikan berada di Desa Sapeken, Paliat, Pagerungan Kecil, dan Desa Sasiil.

Besarnya potensi ikan di Sapeken juga menarik pemodal untuk membuka usaha di sana. ”Ada warga Cina yang sudah ada di Pulau Sapeken. Tujuannya, bekerja sama dengan pengusaha ikan di Sapeken ini,” jelas Moh. Zaini.

Menurut dia, hasil tangkapan nelayan yang menjadi primadona adalah kerang-kerangan, kepiting, ikan kerapu, dan lainnya. Harganya juga sangat mahal, yakni hingga ratusan ribu per kilogram. ”Saya berharap pemasaran ikan ini terus dimaksimalkan,” tutur Moh. Zaini.

Namun, saat ditanya upaya pemerintah memaksimalkan potensi tersebut, Zaini tidak bersedia memberikan keterangan. Dia mengaku masih ada kerjaan. ”Saya masih rapat di Surabaya,” jawabnya kepada Jawa Pos Radar Madura.

Hasil tangkapan nelayan tidak hanya dipasarkan ke luar negeri. Syamsul Ma’arif, warga Dusun Cemara, Desa Sepanjang, Kecamatan Sapeken, mengaku tangkapan ikannya dikirim ke Bali. ”Biasanya rata-rata ikan kerapu. Itu dikirim ke Sapeken dulu, lalu ke Bali,” jelasnya.

Kepala Seksi (Kasi) Sarana dan Prasarana Tangkap Ikan Dinas Perikanan Sumenep Agus Indro Wiyono membenarkan potensi perikanan di Pulau Sapeken sangat potensial. Ada beberapa jenis ikan yang menjadi favorit. Di antaranya, ikan layang, kerapu, cakalan, tongkol, tengiri, ketambak, dan cumi-cumi.

”Kerapu itu ada macamnya. Ada kerapu sunu dan pepek yang harganya mencapai Rp 450 ribu per kilogram,” kata Indro kemarin. Bahkan, pada Hari Imlek atau tahun baru, harganya bisa naik lebih satu juta.

Indro mengaku sudah melakukan pembinaan kepada nelayan di kepulauan. Para nelayan diminta tidak menggunakan alat tangkap yang dilarang. ”Pembinaan sudah kami lakukan. Alat tangkap yang digunakan harus ramah lingkungan,” katanya. (c2)

(mr/han/bas/JPR)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar